Jumat, 20 Mei 2016

Puisi Heru Mulyadi Suara Merdeka 03 April 2016

Malam Bercerita Tentang Jarak

Saat senja di ujung hayat
Matahari sirna di ujung mata bulan
Lampu rindu dinyalakan
Cahanya pendar ke sekujur tubuh
Tali selalu bisa mengikat, tapi tembok tetap sekat
Malam makin pekat, udara menipis
Baumu masih ngambang

Datanglah ke kamarku
Kau yang selalu berhasil membunuh
Burung di dinding, seolah menghentikan
Paruhnya yang berputar di dua belas titik

Sendiri, aku seperti diteror burung itu
Aku khawatir dia balas dendam padaku
Sebagaimana ia balas dendam padamu
Membawamu terbang dari jemariku
Jika aku dibawa juga
Mungkin kita tak satu sarang

29-03-2016


Sungai Kehidupan

Aku tafakur di atas kano
Entah...
Di lembah mana aku akan digulingkan
Di bukit mana aku akan dipinggirkan
Di hati mana aku akan dilabuhkan

Aku hanya yakin pada kano ini
Kularutkan hati bersama arus sungai
Bertabah dengan batu dan air terjun
Atau buaya muara yang menerkam lajuku
Sungai panjang bukanlah tanpa ujung
Aku akan sampai ke Laut, tenang
Tak ada lagi yang kuhajat dalam hening

29-03-2016


Mansuia Tanah

Angin kami tiup dari segala penjuru
Mendinginkan ruang kecil yang konon merah mebara
Adik tidak berhenti berdetik nama
Cinta yang tidak rupa tembus dari hati ke hati
Tapi apa cinta menembus tanah?
Tanah tidak punya hati
Dan penghuni tanah semua bisu

Adik masih memanggil sebuah nama
Yang kita tidak bisa bahkan, mengucapkannya terbata
Nama itu berharap hujan turun dari masa lalu
Karena tanah tidak mengijinkan
Harapan dan sesal keluar dari rahimnya

Kami hanya bisa menyebut nama itu
Di belakang nama Tuhan dan Rasul-Nya
Semoga hujan yang turun cukup dingin
Mengantarnya tidur nyenyak

29-03-2016


Memanjat Tebing Hidup

Kau hidup bergelantung di tebing
Jurang adalah tempat mukim maut yang kalut
Sesekali bergoyang ditepis angin membisik dada
Meski pegal sungguh, letih melirih
Tebing tetaplah tebing
Panjatkan doa-doamu pada tali
Karena puncak tidak di bawah kakimu
Teruslah memanjat sampai tuju maut sumringah

28-03-2016


Garis Silang

Aku air jatuh yang seketika beku
Dingin menepis udara dan hawa
Tidak mempan intervensi atau dinginku sendiri
Telingaku membatu dari gaung
Aku mencatatmu dalam kata kacau
Kau mengkabut jelas di mataku
tidak basah dan tidak dingin, tapi ada
Kita tidak pernah menggambar titik, garis lengkung yang sama
Selalu bersilang lalu berkalang di semak ilalang

28-03-2016







Nama penulis adalah Heru Mulyadi. Lahir pada tanggal 26 Juli 1995 di Lhokseumawe Aceh. Sekarang tengah belajar di IAIN Purwokerto dan aktif di Komunitas Pondok Pena Pesantren Mahasiswa An Najah. E -mail: herumly7@gmail.com, no hp: 085727749770. Berdomisili di Desa Situwangi RT07 RW02, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara.


Minggu, 14 Februari 2016

Sajak Heru Mulyadi (Siapa yang menyalakan lampu)

Siapa yang menyalakan lampu



Siapa yang menyalakan lampu untukmu?
Sehingga lipan, kalajengking, dan belatung tidak mendekatimu di abad-abad yang semuanya malam
Siapa yang mematikan lampu itu?
Sebelum kau bangun sewaktu siang pertama kali muncul, nanti
Sementara selama itu kau tidur sendirian telanjang tanpa kulit dan daging
Siapakah Dia yang begitu mencintaimu?


Banjarnegara, 04-02-2016


Minggu, 26 Juli 2015

Motivasi Menulis Bagi Penulis Pemula

Motivasi Menulis Bagi Pemula


    Modal awal menulis adalah cinta. Cintailah tulis menulis. Menulis sama dengan pacaran, jika kamu menulis ada kalanya kamu sangat cinta dengannya dan ada kalanya mneulis itu sangat menyebalkan. Tapi tidak apa, bukankah dalam sebal itu kamu tetap mencintainya? Terus cintai tulis menulis, sampai kamu mencapai level tergila-gila. Maka sampailah pada level ke dua, yaitu tadi. Anda harus gila. Hidup ini terlalu berharga untuk hanya menjadi orang biasa. Anda harus gila bung. Lionel Messi, peraih gelar pemain terbaik empat kali adalah salah satu orang gila. Dia ketika kecil difonis banyak orang bahwa dia akan gagal di karirnya sebagai pemain sepak bola. Dia terlalu pendek untuk menjadi pemain bola. Tingginya di usia dewasa sekarang adalah 165. Mungkin kita menganggap tinggi itu cukup, tapi kita sedang bicara standar Eropa. Dia terlalu pendek. Tapi dia sudah memutuskan menggilai sepak bola, kemudian dia mampu membuktikan bahwa kemustahilan hanya milik orang yang mudah putus asa.
    Jika kita ingin berprestasi, kita harus menjadi gila bray. Ada sebuah quotes dari seorang yang berkeliling Indonesia dengan sepeda, bertekad mendaki semua gunung yang ada di Indonesia bermodal kaos yang ia jual dalam perjalanan. Dia berkata “tidak ada cara lain untuk menjadi gila, selain berpikir gila.” Sebagai contoh, ada seorang penulis di Amerika sana. saya lupa namanya dan lupa karyanya. Yang jelas penulis novel fantasy. Pada suatu hari anaknya meminta dibelikan buku cerita. Karena saking tidak mampunya dia, lalu dia membuat ceritanya sendiri untuk diceritakan kepada anaknya. Dia menuliskannya di atas tisu toilet. Dari cara berpikirnya yang gila itu, ceritanya disukai oleh anaknya. Kemudian anaknya menceritakannya kepada teman-teman di sekolah. Teman-temannya banyak yang suka. Lalu dia bertekad untuk menerbitkannya. Dan sekarang dia tidak pernah lagi mengkhawatirkan meja makannya kosong apa tidak. Sekali lagi saya katakana, hidup kita terlalu berharga untuk hanya menjadi orang yang datar. Kuliah, pulang kos, kuliah pulang kos. Lulus, usaha cari kerja. Ga dapet-dapet kerjaan, ganti usaha nikahin orang kaya. Datar banget bray!!! Sumpah, aku pengin bunuh semua orang yang hidupnya datar gitu. Sehabis baca ini pasti yang hidupnya datar pada takut kalau papasan sama aku di jalan. Jadi, jika kalian sudah memutuskan untuk mencintai tulis menulis, jangan berhenti menulis sampai kalian menggilainya. Kalau sudah menggilai baru boleh, silahkan berhenti menulis. Mana bisa? haha
      menulis itu kayak main bola. ibaratkan nulis sama dengan persentuhan dengan bola. Belajar teori, lalu banyak bermain dengan bola. Tahu berapa kali Ronaldo sudah menendang bola sejak pertama dia kenal bola? sangat banyak kan? begitulah menulis, kamu butuh teori yang cukup, tapi harus praktek dengan berlebihan. ;-)

Selasa, 30 Desember 2014

Puisi sedih : kenangan



Lamunku Pada Dona


Oleh : Heru Mulyadi

 

khayalanku melesat ke nirwana

rasaku berontak

bergerilya di belantara lubuk

kabut dan cahaya kawin

melahirkan bayanganmu di
sela pepohonan pembentang

antara kerinduan dan kepedihan


kecuraman tebing menggelindingkan
sukmamu dengan panah-panah cinta yang ku tancap dalam

kenangan indah menyakitiku

kenangan pahit merajamku

semua tersisa bayang

matahari menjauh dariku
bayanganmu pun sepaham denganya



tak bisa lagi

jemari kita bergenggam silang anyaman

memperbudak cinta untuk melayani kita beradu kemesraan
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    

menatap gelak si mungil

yang sudah kering kebun hatinya dari bunga

Dona, kapan kita kembali terpatri?

Kapan aku mati?


Pondok pena, 30-12-2014

Sabtu, 08 November 2014

puisi : Seribu Bunga Malam - Heru Mulyadi

Seribu Bunga Malam

Oleh : Heru Mulyadi


mawar yang kutanam di dadaku
jauh jangkau selangka dan mulut
mengakar ke sekujur
bersulur ke rusuk
lebah pekerja upaya hisap madu
tulang rusukku tertusuk

mekarmu berpupuk iman
yang kualirkan dari pelataran
tali dadung di depan jas hitam
dan janji jari manis


An-najah, 08-11-2014

Prakata Penulis

Selamat datang di blog istana sastra. maaf kualitas saya tidak sehiperbola nama blog saya. karena saya sendiri masih belajar. Bahkan ini pun pengalaman ngeblog pertama saya. Harapannya dari blog ini saya bisa menambah saudara seperjuangan dalam dunia literasi. Syukur-syukur dari blog ini saya bisa mendapat guru. hehe,,
Istana sastra, sebuah blog yang berfokus hanya pada sastra. Selamat berkunjung abang dan sista sekalian.